Bayangkan sebuah kapal besar milik Portugal dari abad ke-16, dipenuhi emas, permata, dan barang-barang berharga hasil penaklukan Malaka, lalu hilang di lautan tanpa jejak. Namun alih-alih kembali dengan kejayaan, kapal itu justru lenyap ditelan laut, tak menyisakan apa pun selain legenda.
Inilah kisah Flor de la Mar, kapal legendaris dari abad ke-16 yang hingga kini masih menjadi misteri terbesar di dasar samudra. Flor de la Mar, yang berarti “Bunga Laut”, bukan kapal biasa.
Dibangun pada tahun 1502 di Lisbon, kapal ini adalah salah satu kapal terbesar dan termewah dalam armada Portugis kala itu. Dengan bobot sekitar 400 ton, kapal jenis nau ini dirancang untuk pelayaran jauh dan perdagangan besar-besaran antara Eropa dan Asia.
Namun di balik kemegahannya, Flor de la Mar punya reputasi buruk: sulit dikendalikan di perairan yang ganas. Kapal ini beberapa kali mengalami kerusakan dalam pelayaran, tetapi tetap diandalkan sebagai simbol kekuatan maritim Portugal di Asia.
Dari Malaka Menuju Bencana
Flor de la Mar (yang berarti “Bunga Laut”) adalah kapal jenis nau seberat 400 ton milik armada Portugis, dibangun pada tahun 1502. Kapal ini dikenal megah, namun memiliki reputasi buruk karena sulit dikendalikan dalam pelayaran jarak jauh.
Tahun 1511 menjadi babak penting dalam sejarah Asia Tenggara dan awal dari tragedi Flor de la Mar. Alfonso de Albuquerque, Gubernur Portugis di Asia, memimpin serangan ke Kesultanan Malaka, salah satu pusat perdagangan terkaya dunia saat itu. Malaka jatuh, dan gudang-gudang penuh harta milik Sultan Mahmud Shah pun dirampas.
Artikel ini ditayangkan secara otomatis setelah melalui proses penyuntingan dan verifikasi berdasarkan sumber yang tepercaya.
Validitas dan isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab redaksi detakpantura.com dan dapat diperbarui sewaktu-waktu sesuai perkembangan informasi.