DETAKPANTURA.COM – Fenomena bediding atau udara dingin ekstrem kembali melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Bahkan, di beberapa kawasan pegunungan dan dataran tinggi muncul fenomena embun es.
Suhu udara di malam hingga pagi hari anjlok drastis, bahkan di kawasan seperti Dataran Tinggi Dieng, Temanggung, Magelang, dan Wonosobo, suhu tercatat berada di kisaran 11 hingga 14 derajat Celsius.
Fenomena yang lazim terjadi saat puncak musim kemarau ini menyebabkan embun pagi membeku di permukaan daun dan rumput. Warga setempat menyebutnya dengan istilah “bediding”, yang dalam bahasa Jawa berarti “dingin menggigit”.
“Setiap malam saya harus memakai jaket tebal meski di dalam rumah. Pagi-pagi embun di kaca jendela seperti embun es,” ujar Wardi (56), warga Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (12/7/2025).
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, puncak musim kemarau, khususnya Jawa Tengah bagian selatan, akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025.
Kondisi yang sama juga terjadi dengan suhu udara minimum ketika malam dan pagi hari yang diperkirakan semakin bertambah dingin. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fenomena suhu dingin masih berlanjut hingga akhir Agustus 2025.
Ia menambahkan, wilayah dataran tinggi atau pegunungan diperkirakan lebih dingin ketimbang temperatur di wilayah pesisir.
Perbedaan suhu disebabkan oleh laju penurunan temperatur udara sebesar 0.5 derajat Celsius per kenaikan 100 meter ketinggian tempat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang menjelaskan, fenomena bediding dipicu oleh minimnya tutupan awan di malam hari, yang membuat panas dari permukaan bumi langsung terlepas ke atmosfer tanpa penghalang.
“Saat langit cerah dan tidak berawan, suhu bisa menurun drastis, terutama di dataran tinggi. Ini adalah fenomena alami yang sering terjadi saat puncak kemarau,” ujar Prakirawan BMKG, Rina Andayani, dikutip kompas.co.id, Kamis (10/7/2025).
Fenomena ini berdampak pada sektor pertanian. Sejumlah petani mengaku khawatir tanaman hortikultura mereka seperti kentang, cabai, dan tomat bisa rusak akibat suhu dingin ekstrem.
“Kalau embunnya terlalu dingin, daun tanaman bisa layu bahkan membusuk. Ini sering terjadi saat bediding,” kata Jumari (42), petani asal Kledung, Temanggung.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi tubuh, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, serta menghindari aktivitas luar ruangan di malam dan dini hari.
Fenomena bediding diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan Agustus, seiring dengan masih berlangsungnya musim kemarau di wilayah Jawa Tengah. (sz)
Artikel ini ditayangkan secara otomatis setelah melalui proses penyuntingan dan verifikasi berdasarkan sumber yang tepercaya.
Validitas dan isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab redaksi detakpantura.com dan dapat diperbarui sewaktu-waktu sesuai perkembangan informasi.